11 Julai, 2011

WAS-WAS ... Agenda bisikan syaitan

 عن أبى هريرة رضى الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا وَجَدَ أحَدُكُمْ فِى بَطْنِهِ شَيْئًا فَأشْكَلَ عَلَيْهِ: أخَرَجَ مِنْهُ شَيْئٌ أمْ لاَ؟ فَلاَ يَخْرُجُ مِنَ الْمَسْجِدِ حتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْيَجِدَ رِيْحًا
 (رواه مسلم)
 Daripada Abi Hurairah (ra) katanya, telah bersabda Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam): “Jika salah seorang dari kamu mendapati sesuatu di dalam perutnya (terasa seperti kentut) lalu ia ragu, apakah keluar atau tidak? Maka janganlah dia keluar dari masjid sehingga dia mendengar suaranya ataupun mencium baunya”.
[HR Muslim]


 عن عبدالله بن عمرو: أن رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مرَّ بِسَعْدٍ وهو يَتَوَضَّأَ  فَقَالَ: لاَ تُسْرِفْ، يَا رَسُوْلُ الله أوْ فِى المَاءِ إِسْرَاف؟ قال نَعَمْ، وَاِنْ كُنْتَ عَلَى نَهْرٍجَارٍ


Dari Abdullah Bin ‘Amr (ra) bahwasa sesungguhnya Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam) melalui Sa’ad yang sedang wudhu’, lalu beliau bersabda: “Jangan berlebih-lebihan”. Sa’ad bertanya: Ya Rasulullah, apakah pada air juga ada berlebih-lebihan (israaf)? Jawab Nabi (sallallahu alaihi wasalam): Betul (ada), walaupun kamu sedang berada di sungai yang sedang mengalir.
[HR Imam Ahmad]


عن أبى بن كعب ان النبى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ لِلْوُضُوْءِ شَيْطَانًا يُقَالَ لَهُ: الوَلْهَانُ فَاتَّقُوْا وَسْوَاسَ الْمَاءِ 
(رواه الترمذى)
Dari Ubay Bin Ka’ab (ra) bahwa Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam) bersabda: Sesungguhnya bagi wudhu’ ada syaitan yang dipanggil Walhaan oleh sebab itu takutlah kamu daripada was was air.
[HR Tarmidzi]


Syaitan adalah musuh umat manusia untuk selama-lamanya. Berbagai usaha dijalankannya untuk memesongkan manusia dari jalan yang lurus. Malahan tiada satupun perintah Allah SWT kecuali dia pasti berusaha untuk menyelewengkannya, samada agar manusia taqshir (tidak melaksanakannya) ataupun ghuluw (melaksanakannya secara berlebih-lebihan). Jadi manusia yang ghuluw dalam beragama sangat mudah diserang oleh waswas. Dan ketahuilah bahwa waswas itu datangnya daripada syaitan.
Apakah Was-was ?
Imam Ibnul Qayyim berkata: WASWAS ialah sesuatu yang halus masuk ke dalam diri kita samada tanpa suara ataupun melalui suara lembut yang tidak boleh didengar kecuali oleh orang yang dimasukinya. 
(Tafsir Al-Qayyim, hal. 600)

Penjelasan:
Di antara cara syaitan memesongkan manusia dari jalan yang lurus ialah dengan memasukkan waswas ke dalam diri orang tersebut seperti dalam urusan bersuci (thaharah), solat dan lain-lain ibadah sehingga mereka terkeluar dari cara yang telah digariskan oleh Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam).
Malahan lebih daripada itu, mereka mendakwa kononnya apa yang telah ditetapkan dalam sunnah Rasul (sallallahu alaihi wasalam) belum sempurna dan masih perlu kepada beberapa penambahan. Akhirnya berkumpullah pada manusia jenis ini antara: Sangkaan yang buruk, keletihan dan kehilangan atau pengurangan ganjaran pahala.
Tidak diragukan lagi bahwa SYAITAN lah yang menjadi pendorong utama WASWAS. Orang yang waswas sebenarnya telah patuh dan ta’at kepada syaitan karena mereka menyahut seruannya dan mengikuti perintahnya. Dan sebaliknya tanpa disedari berarti mereka telah benci kepada sunnah Rasul (sallallahu alaihi wasalam).
Sungguh banyak hadis sahih yang menjelaskan cara wudhu dan mandi Rasul (sallallahu alaihi wasalam). Baginda pernah mandi bersama Aisyah (ra) dengan kadar air yang sangat sedikit. Dan Baginda juga pernah berwudhu’ dengan memasukkan tangannya ke dalam bekas untuk madhmadhah (berkumur-kumur) dan istinsyaaq (memasukkan dan mengeluarkan air dari hidung). Baginda menyapu telinganya ketika wudhu’ dengan bekas air menyapu kepalanya.
Kalaulah ada di antara kita yang melakukan seperti yang dilakukan oleh Rasul di atas niscaya orang yang waswas akan menghukumkan wudhu’ dan mandi kita tidak sah. Mereka gunakan bermacam alasan untuk menguatkan pandangan mereka, kononnya di zaman Rasul air sedikit, itu khas untuk Rasul, air itu menjadi musta’mal dan lain-lain lagi.

Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam) melarang kita TASYDID dalam urusan agama. Tasydid maknanya menyusah-nyusahkan diri. Tasydid dalam urusan agama ada dua jenis, iaitu:
1.         Tasydid Bisy Syara’ (menyusahkan diri dengan menetapkan sesuatu) seperti bernazar dengan sesuatu yang berat.
2.         Tasydid Bil Qadar (menyusahkan diri dengan kadar atau ukuran) seperti yang dilakukan oleh orang yang was-was.

Orang yang waswas telah menyiksa diri mereka sendiri. Kadang-kadang dengan basah kuyup bila berwudhu’, terkadang dengan menggunakan air yang berlebih-lebihan, terkadang dengan gosokan yang kuat, terkadang dengan memasukkan air ke dalam mata sehingga memudaratkan mata, terkadang memasukkan telunjuknya ke lobang duburnya ketika mandi junub dan lain-lain.
Abu Al-Faraj Bin Al-Jauzi mengisahkan dari Abi Al-Wafa’ Bin ‘Uqail: Bahwa seorang lelaki berkata kepadanya: Aku telah menyelam dalam air beberapa kali, tetapi aku ragu: Adakah sah mandi mandi saya atau tidak? Bagaimana pendapat tuan syekh dalam perkara ini? Lalu syekh menjawab: Beredarlah kamu, sesungguhnya engkau tidak wajib salat. Lelaki tersebut bertanya: Mengapa demikian? Jawab syekh: Karena Nabi (sallallahu alaihi wasalam) telah bersabda: 
“Tidak diberi dosa tiga golongan manusia: Orang gila sehingga dia siuman, orang tidur sehingga dia bangun (sadar) dan kanak-kanak sehingga dia baligh”.

Dan orang yang menyelam di dalam air beberapa kali, lalu dia masih ragu, adakah air sampai ke tubuhnya atau tidak, maka dia adalah orang gila.


Waswas Dalam Ibadah:
 1.         Waswas berniat ketika takbiratul ihram.
Niat adalah maksud dan azam untuk melakukan suatu pekerjaan. Para fuqahaa (ahli fekah) telah sepakat bahwa tempat niat adalah di dalam hati dan tidak ada kaitannya dengan lisan. Oleh itu tidak ada keterangan dari Nabi (sallallahu alaihi wasalam) dan para sahabat berbuat demikian. Melafazkan niat pada permulaan bersuci dan solat adalah rekaan baru yang telah banyak menyiksa manusia dan menjerumuskan mereka ke dalam kancah waswas syaitan. Dan karena terlalu memperturutkan waswas memasang niat dalam takbir akhirnya selain menyiksa dirinya, mengganggu kekhusyu’an orang lain, juga membuat ia luput dari ganjaran yang banyak.


2.         Waswas ketika mandi junub dan wudhu
Selain menggunakan air terlalu banyak yang boleh membawa pada hukum tabzir (membazir), melebihi bilangan tiga kali ketika membasuh atau menyapu anggota wudhu, berwudhu’ berulang kali sehingga basah kuyup.


3.         Waswas ketika mengeluarkan makhraj huruf
Waswas jenis yang boleh membatalkan solat seperti: Perkataannya pada Attahyaat: At-at-at, Attahy Attahy; pada Salam: As-As-As; pada takbir: Ak-k-k-k-k-bar. Orang yang terlalu memperturutkan waswas jenis ini kadang-kadang sampai mengeluarkan kahak ketika menyebut huruf ‘kha’ (خ) dan menyemburkan air ludahnya ketika menyebut ‘dhad’ (ض). Begitu juga orang yang waswas suka membaca dengan suara kuat (jahar) walaupun dalam solat yang sepatutnya perlahan (sirr) sehingga mengganggu kekhusyu’an orang lain. Padahal Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam) tidak berbuat demikian. Dalam satu riwayat dikatakan bahwa baginda dikesan sedang membaca hanya dari gerak janggotnya.


4.         Was-was dengan najis
Semua permukaan bumi dan tanah pada asalnya adalah bersih sehingga ada bukti padanya ada najis. Tetapi orang yang waswas tidak akan solat kecuali ada sajadah atau tikar sebagai lapik (alas). Mereka tidak tayamum kecuali dengan debu tanah yang sudah digonseng atau dipanaskan. Dan karena terlalu memperturutkan waswas ini akhirnya ia lebih rela meninggalkan solat daripada melakukannya dalam keadaan waswas. Dia lebih suka mentaati syaitan daripada mentaati Allah dan RasulNya. Termasuk juga dalam bab ini najis yang sedikit.


Cara Mengatasi Was-was:
Cara yang paling berkesan untuk mengobati penyakit waswas ialah: Ittiba’ur Rasul (mengikut cara Rasul).
Setiap muslim dan muslimat mesti yakin sungguh-sungguh tanpa ragu sedikit pun bahwa segala ajaran Nabi Muhammad (sallallahu alaihi wasalam) adalah paling sempurna. Tidak ada cara dan ajaran manapun yang boleh mengatasi kesempurnaan ajaran baginda. Jika muslim muslimat masih meragukan hakikat ini maka syahadatnya rosak.Dan jika kita selidiki amalan Rasul (sallallahu alaihi wasalam) ternyata sangat mudah dan tidak menyusahkan. Bagi kita Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam) sajalah orang yang paling layak untuk kita contohi untuk menundukkan musuh utama umat manusia iaitu syaitan, bukan dari sumber lain.

Tiada ulasan: